Rabu, 07 Oktober 2009

Air Tanah? Apa dan Bagaimana Mencarinya?

Rachmat Fajar Lubis

Pertanyaan diatas seringkali muncul ketika sumber air yang kita gunakan selama ini seperti air sungai, danau atau air hujan tidak bisa kita dapatkan. Satu hal yang pasti ini adalah salahsatu jenis air juga.
Hanya dikarenakan jenis air ini tidak terlihat secara langsung, banyak kesalahfahaman dalam masalah ini. Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar. Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan

(Model aliran airtanah melewati rekahan dan butir batuan)
Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akifer. Bagaimana interaksi kita dalam penggunaan airtanah? Yang alami adalah dengan mengambil airtanah yang muncul di permukaan sebagai mataair atau secara buatan. Untuk pengambilan airtanah secara buatan, mungkin analogi yang baik adalah apabila kita memegang suatu gelas yang berisi air dan es. Apabila kita masukkan sedotan, maka akan terlihat bahwa air yang berada di dalam sedotan akan sama dengan tinggi air di gelas. Ketika kita menghisap air dalam gelas tersebut terus menerus pada akhirnya kita akan menghisap udara, apabila kita masih ingin menghisap air yang tersimpan diantara es maka kita harus menghisapnya lebih keras atau mengubah posisi sedotan. Nah konsep ini hampirlah sama dengan teknis pengambilan airtanah dalam lapisan akifer (dalam hal ini diwakili oleh es batu) dengan menggunakan pompa (diwakili oleh sedotan)
Hal yang menarik, jika kita tutup permukaan sedotan maka akan terlihat bahwa muka air di dalam sedotan akan berbeda dengan muka air didalam gelas. Perbedaan ini akan mengakibatkan pergerakan air. Sama dengan analog ini, airtanahpun akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.
Mengapa pergerakan atau aliran airtanah ini menjadi penting? Karena disinilah kunci dari penentuan suatu daerah kaya dengan airtanah atau tidak. Perlu dicatat : tidak seluruh daerah memiliki potensi airtanah alami yang baik.
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.

(Model siklus hidrologi, dimodifikasi dari konsep Gunung Merapi-GunungKidul)
Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan airtanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
Airtanah bebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal (Padahal dangkal atau dalam itu sangat relatif lho).
Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis (artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif ; kejadian dimana potensial airtanah ini berada diatas permukaan tanah sehingga airtanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif ; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka airtanah akan berada di bawah permukaan tanah..


Jadi, kalau tukang sumur bilang bahwa dia akan membuat sumur artesis, itu artinya dia akan mencari airtanah tertekan/airtanah terhalang ini.. belum tentu airnya akan muncrat dari tanah ;p
Lalu airtanah mana yang akan dicari?
Itulah yang pertama kali harus kita tentukan. Tiap jenis airtanah memerlukan metode pencarian yang spesifik. Tapi secara umum bisa kita bagi menjadi :
Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika) : Penekanannya pada aspek fisik yaitu merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Beberapa metode yang sudah umum kita dengar dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik yang meliputi pengukuran tahanan jenis, induce polarisation (IP) dan lain-lain. Pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan sesimik, gaya berat dan banyak lagi.
Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia) : Penekanannya pada aspek kimia yaitu mencoba merunut pola pergerakan airtanah. Secara teori ketika air melewati suatu media, maka air ini akan melarutkan komponen yang dilewatinya. Sebagai contoh air yang telah lama mengalir di bawah permukaan tanah akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan yang dilewatinya secara melimpah.
Metode manakah yang terbaik?
Kombinasi dari kedua metode ini akan saling melengkapi dan akan memudahkan kita untuk mengetahui lebih lengkap mengenai informasi keberadaan airtanah di daerah kita.

Selamat mencari airtanah… untuk kehidupan yang lebih baik.
Chiba, 23 Agustus 2006

http://geologi.iagi.or.id/2006/10/04/airtanah-apa-dan-bagaimana-mencarinya/

Kamis, 01 Oktober 2009

Belajar Manajemen Air Hujan di Al-Zaytun

Indonesia dari tahun ke tahun mengalami siklus krisis air. Baik krisis air akibat kekeringan maupun krisis (bencana) air akibat kebanjiran. Pengalaman terdekat, sejak pertengahan hingga akhir tahun 2006 bahkan sampai Januari 2007, berbagai wilayah Indonesia mengalami kekeringan (musim kemarau). Akibatnya banyak petani yang tidak bisa bercocok tanam (berakibat terjadinya krisis pangan). Kemudian sejak akhir Januari sampai April 2007, hujan turun dan terjadi bencana banjir di mana-mana. Anehnya, bangsa ini seperti tidak mau belajar dari pengalaman, dan secara berulang selalu terperosok ke lubang (krisis air) yang sama.
Belajar dari siklus krisis air itu, sangat berguna bila para pemimpin negeri ini berkenan menyempatkan waktu untuk memperhatikan manajemen pengelolaan air di Al-Zaytun. Sebuah pondok pesantren modern, yang lebih layak disebut kampus, seluas 1.200 hektar yang berada di Desa Sandrem, Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Indonesia.
Al-Zaytun, tentu juga mengalami siklus musim kemarau dan musim hujan yang sama dengan kawasan sekitarnya. Kawasan kampus ini sebelumnya gersang, kekeringan pada musim kemarau. Maka sejak awal, Syaykh AS Panji Gumilang sebagai grand design pembangunan kampus terpadu (pendidikan dan ekonomi) ini, telah memadukan manajemen pembangunan infrastruktur pendidikan dengan manajemen pengelolaan dan pemanfaatan air secara efektif.
“Air adalah unsur penting untuk kehidupan,” tegas Syaykh Al-Zaytun Dr Abdussalam Panji Gumilang. Tanpa air dalam beberapa hari saja, kita tidak akan mampu bertahan hidup. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, air bisa menimbulkan malapetaka (bencana) bagi kelangsungan hidup manusia, menjadi air bah yang menghancurkan semua yang dilintasinya. Maka sebagai manusia yang diberi hak dan kewajiban hidup di bumi, haruslah mampu memanfaatkan dan mengelola air dengan bijak dan cerdas.
Di pondok pesantren modern komprehensif (kampus) ini, kita bisa menyaksikan bagaimana air benar-benar dikelola sebagai unsur utama bagi kehidupan: dipanen, disimpan dalam ‘lumbung air’ dan dimanfaatkan secara berulang. Di kompleks Al-Zaytun ini kita disadarkan agar memperlakukan air sebagai sesuatu yang sangat bernilai serta memanfaatkannya secara bijak dan terjaga dari pencemaran.
Namun demikian, pada musim kemarau 2006 hingga Januari 2007, Al-Zaytun juga masih hampir terkena krisis air, walau tidak separah kawasan sekitarnya. Halmana Al-Zaytun juga masih mengalami gangguan dalam memulai bercocok tanam hingga awal Januari 2007. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, krisis air seperti itu tidak lagi pernah dialami Al-Zaytun.
Syaykh menjelaskan siklus kekeringan seperti tahun 2006 itu pernah terjadi pada tahun 1970-an. “Menjelang Pemilihan Umum 1971, terjadi musim kemarau sampai tujuh bulan dan sekarang terjadi kembali di tahun 2006-2007. Kita bisa hitung sesuai putaran musim tahun 1971 sampai 2006 dinamakan selapan tahun. Perhitungan hari, orang Jawa sering menyebutnya dalam selapan hari, itu sama dengan 35 hari. Sloso wage ketemu Sloso wage lagi, itulah 35 hari. Hitungan tahun seperti ini perhitungannya 35 tahun namanya,” jelas Syaykh berdasarkan pengalaman dan catatannya.
Dari pengalaman itu, menurut Syaykh, mestinya bangsa Indonesia paham dan bangkit dari kejadian kekeringan itu. “Namun bangsa Indonesia belum pernah dapat belajar dari tunjuk ajar yang diberikan alam atau dalam bahasa teologinya yang diberikan oleh Tuhan. Mudah-mudahan krisis air dan pangan yang berkepanjangan seperti ini tidak terjadi lagi tahun 2008,” harapnya.
Syaykh berharap para petani, minimal petani yang menggarap tanah 600 hektar sawah, sudah tidak berbicara lagi mengenai alam yang tidak ramah. “Yang sesungguhnya alam ini sangat ramah hanya manusia yang tidak menyadari,” kata Syaykh.
Maka belajar dari pengalaman itu, Syaykh Panji Gumilang, menegaskan pada tahun 2007 ini Al-Zaytun memfokuskan pembangunan pada pembangunan yang sifatnya infrastruktur. “Pembangunan gedung asrama, pembelajaran dan lainnya belum diprioritaskan, tapi terfokuskan pada pembangunan yang berbentuk infrastruktur pertanian di antaranya infrastuktur air dan pengairan. Maka tahun ini fokus pembangunan di Al-Zaytun membangun yang vertikal berdiri kalau perlu membangun ke bawah, menggali,” jelas Syaykh pada Dzikir Jum’at (07/01) sebagaimana dikutip dalam Jurnal Harian Al-Zaytun.
Pembangunan biasanya ditandai dengan pemancangan tiang pancang tapi sekarang membangun infrastuktur ditandai dengan berapa dalamnya simpanan air. “Itu yang sekarang kita bangun. Mudah-mudahan di tahun 2007 tertata sentra-sentra pangan khususnya sentra produksi lahan-lahan yang bisa ditanami. Kita akan konsolidasikan dan kita bangun cekungan-cekungan untuk menampung air ketika musim hujan, sehingga tahun 2008 kita bisa merasakan manfaatnya sehingga lahan yang kita siapkan pertanian tidak lagi menunggu curah hujan yang tidak terkendali,” kata Syaykh.
Program ini pun sudah segera direalisasikan dengan membangun Waduk Windu Kencana dan normalisasi kali Cibenoang. Normalisasi Cibenoang dilakukan dengan membangun kanal sepanjang 13 kilometer dengan kedalaman lima meter dan lebar 20 meter ditambah bantaran kiri-kanan sungai masing-masing selebar 20 meter. Kanal itu membentang ke arah hulu dari Waduk Windu Kencana sampai Kampus Al-Zaytun sepanjang 6,5 kilometer dan ke arah hilir hingga menjangkau desa Ranca Ganggang juga sepanjang 6,5 kilometer.
Kelak, normalisasi kali ini masih bisa diteruskan hingga sejauh 30 kilometer ke arah muara sungai di pantai utara laut Jawa. Direncanakan, proyek infrastruktur pertanian dan pengairan Windu Kencana, sudah rampung pembangunannya 7 Agustus 2007, untuk kemudian diresmikan tepat pada tanggal 27 Agustus 2007, bertepatan ulang tahun sewindu Al-Zaytun. Itulah pula menjadi latarbelakang proyek ini diberi nama Windu Kencana, merupakan persembahan emas Al-Zaytun kepada bangsa ini.
Di banyak tempat, termasuk di kawasan yang berdekatan dengan Al-Zaytun, musim hujan bisa menjadi bencana. Tetapi di Al-Zaytun, musim hujan selalu disambut sebagai musim panen air, yang didukung dengan teknologi (terapan) dan manajemen pemanfaatan air. Di lembaga pendidikan inilah pertama kali muncul istilah musim panen air dan teknologi panen air (hujan).

Terintegrasi

Pembangunan waduk Windu Kencana dan normalisasi sungai Cibenoang itu, merupakan satu kesatuan dengan teknologi dan manajemen air yang sudah ditata dengan baik di kawasan Kampus Al-Zaytun yang luasnya lebih 1.200 hentar yang dinamai proyek Tirtaraksa Candrakirana Bangsa. Dalam rangka manajemen pemanfaatan air di Al-Zaytun, lirik lagu Bengawan Solo gubahan Gesang Martohartono yang terkenal justru dianggap kontraproduktif. Lirik lagu itu berbunyi, “... musim kemarau, tak seberapa airmu, di musim hujan air meluap sampai jauh ... air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut ....”
Di Al-Zaytun, air tidak dibiarkan mengalir begitu saja sampai jauh hingga akhirnya ke laut, tanpa dimanfaatkan terlebih dahulu secara efektif dan efisien. Air dimanfaatkan secara berulang melalui suatu manajemen dan teknologi (proses) terencana yang matang.
Sehingga pada saat musim hujan, yang di banyak tempat air hujan melimpah menjadi ancaman banjir, justru dikelola sebagai berkah yang melimpah di Al-Zaytun. Musim hujan bahkan dimaknai sebagai musim panen air.
Maka setiap menjelang musim hujan, semua tempat dan makhluk di Al-Zaytun sudah dipersiapkan menyambut datangnya panen air itu. Selain telah disiapkan banyak resapan air (lumbung air) di setiap tempat dan gedung, juga tanaman terutama pepohonan dipersiapkan dengan menyiangi dahan dan ranting yang dianggap mengganggu pertumbuhannya. Sehingga manakala musim hujan tiba, pepohonan itu ikut panen air untuk pertumbuhannya secara baik dan terencana.
Lalu pada musim kemarau, air yang diserap dan disimpan dapat dikelola secara berulang. Bahkan, jika di tempat lain sudah terjadi kekeringan yang membuat tanaman mati, di Al-Zaytun justru bisa dibuat ‘banjir buatan’ yang membasahi seluruh area kampus dalam waktu tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melepas (mengalirkan) air dari tempat-tempat penampungan dan resapan (lumbung air) yang telah ditata sedemikian rupa.
Kabutuhan Air Bersih
Al-Zaytun, yang merupakan lembaga pendidikan berasrama (boarding school) di mana seluruh santri, ustadz, eksponen dan karyawannya tinggal secara penuh di dalam kampus, dengan total penghuni mencapai 12.500 jiwa dan akan terus bertambah sekitar 1.500 sampai 2.500 jiwa setiap tahun, tentu membutuhkan air bersih yang cukup banyak. Padahal kampus ini dibangun di atas lahan yang sebelumnya gersang, tadah hujan. Sehubungan dengan itu, sejak mula dikembangkan manajemen dan teknologi pemanfaatan air untuk mengantisipasi kebutuhan air tersebut. Bukan saja untuk keperluan langsung para penghuninya berupa air minum dan air bersih, juga untuk keperluan pertanian dan peternakan serta keperluan pembangunan yang terus berlangsung.
Diprediksikan keperluan air bersih rata-rata setiap penghuni Kampus Al-Zaytun minimal 150 liter per hari ditambah dengan keperluan pembangunan, pertanian dan peternakan, maka keperluan air bersih seluruh penghuni Al-Zaytun beserta seluruh aktivitasnya mencapai 4 juta liter per hari atau lebih dari 1,2 juta m3 per tahun.
Sehubungan dengan itu, di Al-Zaytun dilakukan penataan air berdasarkan sistem pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Suatu sistem pembangunan yang mampu untuk memenuhi keperluan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang.
Kampus Al-Zaytun berada di kawasan yang sebelumnya gersang dan tidak memiliki sungai atau mata air alam. Maka pengadaan air bersihnya hingga saat ini masih bergantung pada pengambilan air tanah dengan kedalaman 20 m hingga 100 m. Disadari, bila pemanfaatan air tanah itu berlebihan tentu akan menimbulkan ketidak-seimbangan yang pada akhirnya sampai pada titik irreversible atau kondisi kekurangan permanen yang tak lagi dapat diperbaharui.
Maka untuk mengantisipasinya, ditetapkan solusi yang tepat sejak dalam perencanaan pembangunan kampus ini ini. Syaykh menguraikan beberapa langkah yang dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan air tersebut.
Langkah pertama yang telah dilakukan adalah dengan mengimbangi penggunaan air tanah dengan cara membantu proses alamiah. Ketersediaan air tanah selalu diperbaharui dengan cara melakukan peresapan kembali air permukaan seperti air hujan dari atap bangunan (run off water), air kamar mandi dan air buangan melalui sistem instalasi pengolahan limbah ke dalam tanah dengan membuat beberapa kolam, empang dan waduk penampungan air. Kolam dan empang itu, selain berfungsi sebagai resapan air, juga digunakan sebagai budidaya ikan.
Di Al-Zaytun telah dibangun empat buah kolam resapan yang masing-masing mampu menampung air sebanyak 38.400 meter kubik. Selain itu, dibuat 60 titik suntikan resapan air hujan dengan kedalaman pipa resapan hingga mencapai aquafer pertama di lapangan-lapangan dan halaman-halaman bangunan.
Demikian juga waduk dibangun untuk memanfaatkan kembali buangan air di asrama santri, run off water dan over flow kolam-kolam penampungan sehingga bisa dimanfaatkan kembali sebagai sumber air bagi pertanian. Tentu saja dengan menggunakan sistem penjernihan air alami dengan media saringan dan pemanfaatan tanaman-tanaman air yang mampu mengurai polutan organik di dalam air.
Waduk Istisqo (Shui Shi Cai = Air Sumber Kehidupan) di bagian utara Masjid Rahmatan lil Alamin, seluas 10.441 m3 dan kedalaman 9 meter, mampu menampung air sebanyak 50.000 meter kubik. Jumlah itu cukup untuk mengairi areal pertanian dan perikanan seluas 30 ha. Selanjutnya, direncanakan pembangunan waduk pemanfaatan kembali air buangan untuk keperluan penghuninya bahkan hingga kualitas layak minum.
Langkah kedua adalah meningkatkan efisiensi pemakaian air tanah sebagai sumber air bersih. Di antaranya melalui penggunaan peralatan mandi, seperti shower dengan kepala shower yang dirancang hemat air dan bisa meminimalisasi pemborosan, kebocoran atau air terbuang. Sebab penggunaan air bersih terbesar di Al-Zaytun adalah untuk keperluan sehari-hari penghuninya, diperkirakan mencapai 2.711.500 liter air per hari.
Kepada para santri diingatkan untuk tidak lalai menutup kembali kran air atau shower yang menjadi penyebab utama pemborosan air. Hal ini ditangani oleh Manajemen Asrama dengan memanggil penghuni asrama yang krannya kedapatan terbuka. Mereka diberi teguran, nasihat, dan sanksi agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
Langkah ketiga dengan meminimalkan penggunaan air tanah dengan pemanfaatan kembali air yang sudah terpakai untuk keperluan pertanian dan peternakan, bahkan untuk digunakan kembali oleh penghuni MAZ. Untuk menyiram tanaman, sebagian besar menggunakan air dari kolam-kolam penampungan dengan menggunakan jasa mobil tangki.
Begitu pula pembersihan sapi dan kandang, kecuali untuk pembersihan sapi perah, digunakan air dari kolam tampungan hujan atau air hasil olahan air limbah dengan sekecil mungkin menggunakan air tanah.

Pengolahan Air Limbah
Air limbah yang berasal dari limbah asrama dan gedung pembelajaran merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Karena air limbah ini mengandung senyawa-senyawa organik yang cukup tinggi. Selain itu, kemungkinan besar mengandung senyawa-senyawa lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Maka dalam hal studi pengelolaan lingkungan di Al-Zaytun khususnya sistem pengolahan limbah dijalin kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Air limbah toilet dan sebagian air buangan kamar mandi diolah pada pengolahan air limbah yang dibangun di setiap asrama dan gedung pembelajaran dengan sistem biofilter aerob-anaerob yakni proses pengolahan limbah biologis dengan menggunakan mikroorganisme baik mikroorganisme aerob (dengan udara) maupun mikroorganisme anaerob (tanpa udara). Proses biologis aerobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD (zat organik) yang sangat tinggi.
Syaykh Al-Zaytun menjelaskan, keduanya dibiakkan pada suatu media yang disebut ‘sarang tawon’ sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Pengolahan limbah dengan metode ini mampu mengurai polutan organik hingga 90-95 persen. Juga mampu menurunkan konsentrasi BOD di dalam air limbah hingga 20-30 mg per liter dan konsentrasi Solid Solution (SS) hingga 20 mg per liter pada sisi keluarnya.
Lebih rinci dijelaskan proses pengolahan air limbah tersebut sebagai berikut, “Air limpasan dari tangki septik dan air limbah nontoilet dialirkan melalui satu saluran, selanjutnya dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik, dan lain-lain. Setelah melalui screen, air limbah dialirkan ke bak pemisah pasir (grit chamber) yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah, atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis misalnya abu gosok, padatan pembersih kamar mandi dan lain-lain.
Setelah melalui grit bak pemisah pasir, air limbah dialirkan ke bak pengendap awal untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon.
Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik.
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorganisme, yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan aerasi kontak (contact aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.
Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
Namun karena sebagian air limbah tidak melalui instalasi pengolahan limbah sehingga masih mengandung deterjen dari sabun maka dari saluran drainase limbah itu diarahkan ke kolam penampungan. Proses penjernihan air limbah tersebut selain mengandalkan panjangnya saluran drainase sehingga memungkinkan terjadinya singgungan dengan udara dan lumut-lumut saluran, pada kolam penampungan juga mengalami proses penjernihan dengan menggunakan bak-bak penjernih (clarifer).
Dari clarifer tersebut selanjutnya dibuat saluran mengelilingi kolam untuk kemudian dialirkan kembali ke dalam kolam melalui saluran berteras. Saluran berteras ini bermanfaat untuk menambah kadar oksigen. Di samping itu untuk memperkaya kadar oksigennya, kolam penampungan juga diberi fasilitas air mancur.
Sementara itu untuk pengolahan limbah kotoran ternak, dilakukan pemisahan antara limbah padat dan limbah cair pada bak penampungan kotoran. Selanjutnya limbah padat diolah menjadi pupuk kandang, sedangkan limbah cair dialirkan melalui drainase menuju kolam-kolam ikan.
“Apa yang telah dilakukan Al-Zaytun tadi, semuanya merupakan wujud dari prinsip kehati-hatian dalam tata atur air bersih. Juga sebagai suatu bentuk usaha pencegahan (precautionary principle) terhadap kemungkinan terjadinya kondisi irreversible. Tak berhenti sampai di sana, Al-Zaytun akan terus mengembangkan berbagai upaya untuk memperbaiki tata atur air bersih itu,” kata Trista Nugraha menimpali Syaykh Al-Zaytun.

Air Minum Sehat
Pengasuh Al-Zaytun juga sangat memperhatikan ketersediaan air minum sehat bagi para santri dan segenap penghuni dan pengunjungnya. Untuk keperluan air minum sehat yang memenuhi persyaratan fisis, kimia dan biologi, dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan air minum dengan teknologi Ozon dan Sterilisasi Ultra Violet (UV sterilization) serta teknologi Reverse Osmosis.
Teknologi Ozon dan Sterilisasi Ultraviolet tersebut masing-masing berkapasitas 25 m3 per hari untuk keperluan rumah makan santri dan rumah makan karyawan. Sementara teknologi Reverse Osmosis dengan kapasitas masing-masing 50 galon/hari (190 liter per hari), dipasang di satu unit di setiap kamar santri.
Ketiga teknologi tersebut dapat memenuhi hajat air minum puluhan ribu penghuni kampus yang memenuhi persyaratan (1) secara fisis harus jernih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh dan tidak berasa); (2) dari segi komposisi kimia, air tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merugikan kesihatan, seperti limbah pestisida, limbah detergen, nitrat, atau logam-logam berat; dan (3) secara biologis, air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penggunaan ozon dalam proses pengolah air dipilih, menurut Trista Nugraha, karena beberapa keuntungan yang diperolehnya. Selain mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam air karena ozon bersifat bakterisida, algasida dan fungisida, teknik itu juga tidak menimbulkan bau dan rasa yang pada umumnya terjadi jika kita menggunakan bahan kimia pengolah air. Bahkan, teknik ini dapat menghilangkan bau dan rasa yang biasanya disebabkan oleh komponen organik dan anorganik yang terdapat di dalam air.
Pasca survei dan uji fisika, kimia dan biologi di Laboratorium Teknik Lingkungan, kualitas air minum di rumah makan santri dan rumah makan karyawan yang menggunakan teknologi ozon dan UV Sterilization dinyatakan memenuhi standar kualitas air minum yang merujuk kepada standar Departemen Kesehatan. MS,MLP (Berita Indonesia 38)

http://www.beritaindonesia.co.id/lentera/belajar-manajemen-air-di-al-zaytun/

Manajemen Air Hujan di Indonesia

Oleh Agus Maryono

Dunia ke depan dibayang-bayangi oleh krisis yang sangat mengancam, yaitu krisis persediaan air bersih. Demikian juga di Indonesia, masalah air bersih ini akan secara eskalatif memanas dari tahun ke tahun.

Sengketa atas penggunaan mata air oleh masyarakat dan PDAM di berbagai daerah dan penurunan muka air tanah serta penurunan debit mata air di sebagian besar wilayah Indonesia merupakan suatu indikasi adanya masalah air bersih yang cukup serius dewasa ini.

Di samping itu, kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan secara rutin menimpa kita. Masalah tersebut di antaranya disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan wilayah daerah aliran sungai dan juga kerusakan lingkungan yang terus berjalan sekarang ini.

Kita sebagai bangsa yang menempati wilayah dengan curah hujan cukup tinggi, 2.000-4.000 mm/tahun, ternyata belum tergerak sedikit pun untuk mengelola potensi air hujan yang begitu besar tersebut.

Tulisan ini menyajikan konsep memanen air hujan (rain water harvesting) untuk segera dikembangkan di Indonesia guna menanggulangi masalah di atas. Istilah memanen hujan sebenarnya berasal dari bidang pertanian, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan air pertanian di daerah arid dan semi arid.

Namun, upaya memanen hujan di dunia internasional saat ini menjadi bagian penting dalam agenda global environmental water resources management dalam rangka penanggulangan ketimpangan air pada musim hujan dan kering (lack of water), kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia, serta penanggulangan banjir dan kekeringan.

Memanen hujan dapat didefinisikan sebagai upaya menampung air hujan untuk kebutuhan air bersih atau meresapkan air hujan ke dalam tanah untuk menanggulangi banjir dan kekeringan.

Perkembangan terakhir di negara maju yang dapat dilihat di International Exhibition on Water and Wastewater di Munic, Jerman, 24-29 April 2005, justru mulai ada tren besar-besaran untuk membuat kolam tandon air hujan skala rumah tangga untuk keperluan mengepel, mencuci mobil, menyiram tanaman, menggelontor toilet, bahkan ada yang dilengkapi sekaligus dengan perangkat pengolahan air mini sehingga seluruh air hujan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum.

Salah satu contoh implementasi memanen air hujan adalah kebutuhan air bandara di Frankfurt, Jerman, dipasok dari air hujan yang dikumpulkan dari atap bandara tersebut.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa metode hujan yang telah berkembang dan beberapa wacana memanen hujan yang dapat dikembangkan di Indonesia, baik memanen hujan yang langsung bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga maupun memanen air hujan untuk mengisi air tanah.


Metode memanen hujan
Kolam tandon air rumah tangga sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih. Misal kolam tandon harian komunal di Gunung Kidul, DI Yogyakarta (kolam PAH atau kolam pengumpul air hujan).

Tiap keluarga secara individual membuat kolam tandon di bawah rumah atau di bawah teras. Untuk rumah sederhana dan rumah tingkat atau hotel dapat digunakan kolam tandon vertikal bentuk silinder dengan diameter 1-2 meter, disesuaikan dengan desain rumah yang ada, sehingga pengalirannya dapat dengan metode gravitasi.

Metode ini sangat menguntungkan karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih dapat ditopang dengan bak tandon ini. Dengan cara ini, kantor-kantor pemerintah dan swasta dapat memulai memanen hujan untuk mengurangi anggaran air bersih dari PDAM selama sekitar tujuh bulan (pada musim hujan dan beberapa bulan pada awal musim kemarau).

Metode kolam untuk menampung air sudah dipraktikkan secara tradisional oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Setiap rumah tangga dulu mempunyai kolam jogangan sekaligus untuk memelihara ikan atau merendam kayu.

Metode kolam dalam skala besar juga sangat mudah untuk disosialisasikan melalui pola pemenuhan kebutuhan bahan uruk (bahan galian C). Pemerintah dan masyarakat dapat mencari lokasi tambang galian C, kemudian dikeruk. Hasil galiannya dipakai sebagai bahan uruk, bekas galiannya dipakai sebagai kolam resapan air hujan sekaligus dapat dikembangkan untuk rekreasi.

Cara ini banyak dipraktikkan di negara-negara maju sehingga dalam jangka waktu tertentu mereka mempunyai banyak sekali danau buatan dari tambang galian C. Di samping itu, konstruksi kolam dapat dibangun di areal permukiman.

Limpasan air hujan suatu kawasan permukiman ditampung di kolam untuk diolah kembali menjadi air minum, bahkan untuk kebutuhan air irigasi. Cara ini sudah banyak dipraktikkan di kompleks-kompleks perumahan perusahaan pertambangan di Sumatera dan Kalimantan.

Sedangkan metode sumur resapan sudah banyak dikenal masyarakat dan dapat diimplementasikan pada setiap unit perkantoran, tempat-tempat rekreasi, olahraga, pada ruas-ruas jalan, lapangan terbang, dan lain sebagainya. Masyarakat sudah banyak mengenal sumur resapan, namun implementasinya masih tergolong lambat.


Tanggul pekarangan
Masyarakat di pedesaan di Indonesia sampai saat ini masih mempunyai metode menanggulangi erosi pekarangan dengan membuat "tanggul pekarangan rendah" setinggi 20-30 cm dari susunan batu kosong atau batu bata dan tanaman mengelilingi pekarangan mereka.

Metode tersebut telah banyak dilakukan di daerah Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah, dan Sleman, DI Yogyakarta. Konstruksi ini ternyata juga berfungsi sebagai pola memanen hujan karena limpahan limpasan hujan akan tertahan dan meresap di areal pekarangan, tidak langsung mengalir ke sungai, dan sumur mereka tidak pernah kering.

Modifikasi lanskap untuk memanen hujan sedang banyak dikerjakan di beberapa negara maju, misal di Kanada, Jerman, dan Jepang.

Salah satunya dengan mengganti jaringan drainase kawasan dengan cekungan-cekungan di berbagai tempat (modifikasi lanskap) sehingga air hujan akan tertampung di lokasi cekungan tersebut.

Cara modifikasi lanskap ini ternyata dapat menekan biaya konstruksi jaringan drainase suatu kawasan lebih dari 50 persen. Di Indonesia metode ini secara tradisional sebenarnya sudah berkembang.

Masyarakat "memodifikasi lanskap" mereka dengan membuat parit-parit kecil dan cekungan-cekungan dangkal di pekarangan mereka sekaligus sebagai ornamen kebun pekarangan.

Pemerintah dan masyarakat mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus diperuntukkan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang dijaga deversifikasi vegetasinya dan konstruksi apa pun tidak boleh dibangun di atas areal tersebut.

Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan. Konsep ini belum banyak dikenal di Indonesia, maka setiap daerah perlu segera mencari lokasi atau kawasan yang dapat dikembangkan menjadi cagar alam resapan air hujan ini.

Kondisi danau, telaga, dan situ di berbagai tempat di Indonesia semakin memburuk, daya tampungnya berkurang drastis karena sedimentasi, jumlahnya berkurang drastis karena banyak yang diuruk dan dijarah dijadikan areal pemukiman.

Metode rain water harvesting dapat dilakukan untuk merevitalisasi kembali danau, telaga, dan situ dengan konsep ekohidraulik, yaitu memperbaiki dan menyehatkan seluruh komponen ekologi dan hidraulik penyusun telaga, situ, dan danau yang bersangkutan sehingga dapat berfungsi menampung dan meresapkan air hujan serta dapat digunakan untuk keperluan air minum maupun pengisian air tanah.

Berdasarkan penelitian di daerah Pati, Grobogan, dan Gunung Kidul, danau, telaga, dan situ yang masih alami sempadannya umumnya kualitas dan kuantitas airnya bagus.

Terakhir, ironis sekali karunia hujan yang begitu besar di Indonesia ini masih kita telantarkan. Air hujan dengan kualitas cukup tinggi yang turun lima sampai enam bulan dalam satu tahun di kawasan kita sungguh merupakan potensi yang sangat luar biasa.

Namun, sebagian besar masyarakat kita tidak sadar bahwa air hujan yang hampir setiap hari mengguyur rumah dan membasahi pelataran kita dapat digunakan sebagai sumber air bersih yang andal.

Padahal, kita sadar bahwa kondisi penyediaan air bersih negara ini mengkhawatirkan, banjir dan kekeringan setiap tahun selalu mengancam. Sementara itu, teknologi tradisional dan kearifan lokal untuk memanen hujan yang pernah dan masih ada dalam masyarakat kita kebanyakan sudah tidak dimengerti generasi muda kita.

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan pemerintah dan masyarakat mulai sekarang adalah menyadarkan masyarakat tentang potensi air hujan ini serta menggali dan mengembangkan metode-metode tepat guna untuk memanen hujan seoptimal mungkin guna pemenuhan kebutuhan air kita sehari-hari, mengurangi banjir dan kekeringan.

Dr Ing Ir Agus Maryono Peneliti Ekohidraulik, Sungai, Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada


http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0604/20/ilpeng/2591547.htm

Jumat, 23 Januari 2009

Merebut Air, Merampas Hidup

Diberkahi kelimpahan mata air, warga Cicurug dan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kini kesulitan air. Puluhan perusahaan air minum menyedot air di daerah yang dikelilingi tiga gunung ini, mencipta sumur-sumur dan sawah yang kering.
un (43), warga Dusun Cimelati, Kelurahan Pesawahan, Cicurug, menuturkan, keluarganya terpaksa menggunakan limpahan air irigasi sawah untuk keperluan hidup sehari-hari. ”Kami tak mendapat jatah air bersih,” katanya.
Warga Dusun Cimelati mendapat air sisa perusahaan. Puluhan mata air di Cicurug telah dibeli oleh perusahaan air minum dalam kemasan, termasuk di Cimelati.
”Kami hanya mendapatkan air sisa setelah dipakai perusahaan. Debitnya tak cukup untuk seluruh warga,” kata Endang (50), anggota mitra cai (organisasi pengelola air) Dusun Cimelati.
Perusahaan air tak hanya memanfaatkan mata air dan air permukaan, tetapi juga mengebor air tanah dalam sehingga terjadi penurunan muka air tanah. Akibatnya, sumur-sumur warga mengering.
Fenti Samsudin (47), warga Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, menuturkan bahwa sumurnya sedalam 15 meter kekeringan saat kemarau. ”Sebelum sumber air dikuasai oleh perusahaan air, sumur milik warga dengan kedalaman 3 meter tetap berisi air pada musim kemarau,” kata Fenti.
Kini, untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari, Fenti dan ribuan warga yang tinggal di kaki kaki Gunung Salak, Gunung Halimun, dan Gunung Gede- Pangrango ini terpaksa membeli air bersih.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan Cicurug Cece Suparman mengemukakan, selain keringnya sumber air bersih untuk keperluan konsumsi, saluran irigasi juga kering saat kemarau.
”Sepuluh tahun terakhir, sawah kami selalu kekeringan setiap kali musim kemarau. Kami hanya bisa menanam padi sekali setahun. Sebelumnya masih bisa tanam padi dua kali setahun,” kata Cece.
Mengalir jauh
Air dari Sukabumi mengalir jauh hingga ke luar Pulau Jawa, melalui sedikitnya 200 merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku dari air permukaan dan air bawah tanah.
Air permukaan bisa diperoleh dengan menggali sumur kurang dari 50 meter atau langsung menggunakan mata air yang banyak terdapat di daerah ini. Adapun air tanah dalam diperoleh dengan mengebor sumur lebih dari 60 meter dengan terlebih dahulu menembus lapisan kedap air.
Kepala Seksi Data dan Informasi Balai Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pertambangan dan Energi Wilayah Pelayanan I Cianjur Tedy Rushady mengatakan, pada Juni 2008 tercatat ada 13 perusahaan AMDK yang menggunakan air tanah dalam di wilayah Kabupaten Sukabumi. Sebetulnya, tercatat ada 17 perusahaan AMDK yang memiliki izin operasi di Kabupaten Sukabumi, tetapi empat perusahaan di antaranya sedang tidak melakukan produksi pada tahun 2008 ini karena berbagai sebab.
Selain perusahaan AMDK, di Sukabumi juga terdapat puluhan perusahaan yang produksinya berbasis air, misalnya teh botol dan susu cair. Perusahaan-perusahaan ini berebut potensi air sebanyak 34 juta meter kubik per tahun di Cekungan Sukabumi. Perusahaan yang kebanyakan berbasis di Kecamatan Cicurug, Cidahu, Parungkuda, dan Nagrak itu menyedot rata-rata 449.141 meter kubik air per bulan atau 5,389 juta meter kubik per tahun air tanah dalam.
Air mata rakyat
Kendati jutaan meter kubik dirongrong dari alam bawah tanah Sukabumi, pemerintah setempat hanya mendapat pemasukan yang kecil. Pada Juni lalu, 17 perusahaan AMDK itu membayar pajak penggunaan air ke kas Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 1,503 miliar. Pajak yang dibayarkan oleh 17 perusahaan AMDK selama setahun ke kas daerah Jawa Barat hanya Rp 18,039 miliar per tahun.
Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukabumi Priyo Indrianto mengatakan, Kabupaten Sukabumi mendapat porsi 70 persen dari pajak yang dibayarkan perusahaan AMDK. Berarti, dalam setahun Kabupaten Sukabumi hanya mendapat retribusi penggunaan air tanah dalam dari perusahaan AMDK itu sekitar Rp 12,627 miliar.
Uang hasil penyedotan air ini tak mengalir jauh. Masyarakat sekitar perusahaan AMDK itu tetap hidup miskin. Infrastruktur lingkungan seperti jalan di dalam desa juga hancur-hancuran.
Desa-desa yang dulu menjadi produsen padi dan ikan air tawar sekarang dilanda kekeringan setiap kali musim kemarau. Padahal, pada musim kemarau, perusahaan-perusahaan itu justru meningkatkan produksinya karena peningkatan permintaan pasar.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi Edwin S Machmoed mengatakan, selama ini perusahaan-perusahaan diperiksa secara periodik enam bulan sekali. ”Tak ada yang menyalahi aturan,” katanya.
Setiap kali pemeriksaan, petugas memastikan apakah perusahaan mengambil air sesuai debit yang diizinkan. ”Kami hanya mengizinkan pengambilan air maksimal 35 persen dari potensi di sumur itu,” ujar Edwin.
Edwin menampik keluhan warga di sekitar perusahaan AMDK yang menuding kekeringan sumber air mereka terjadi karena penyedotan air tanah dalam itu. ”Air tanah dalam itu berbeda dengan air permukaan karena dipisahkan oleh lapisan kedap air. Jadi, tidak ada korelasi antara kekurangan air dan penggunaan air tanah dalam oleh perusahaan AMDK,” kata Edwin.
Masalahnya adakah debit air tanah dalam yang sudah disedot itu begitu saja tergantikan? Jika air yang meresap di daerah hulu lebih sedikit daripada yang sudah disedot, potensi 34 juta meter kubik air per tahun itu akan segera lenyap. Air yang meresap ke dalam tanah baru bisa menjadi air tanah dalam setelah lebih dari 30 tahun. Apalagi, tak ada yang peduli terhadap perbaikan daerah tangkapan air di tiga gunung yang selama ini menyuplai air tanah ke Cekungan Sukabumi.
Maude Barlow dan Tony Clarke (Blue Gold, Perampasan dan Komersialisasi Sumber Daya Air/PT GMU, 2005) menyebutkan, ekstraksi air tanah melebihi kemampuan pengisian kembali berdampak pada pengurangan air permukaan. Air tanah adalah sumber utama sungai dan danau, maka air permukaan juga dapat habis jika air tanah dalam terus- menerus diekstraksi meskipun tidak sampai kering. Aliran sungai akan berkurang, danau dan rawa menghilang.
”Ekstraksi air tanah adalah fenomena global yang terjadi pada akhir abad ke-20,” sebut Maude dan Tony.
Kedua penulis ini meramalkan dunia global akan merasakan kebangkrutan air tawar. Kebangkrutan yang bermula ketika air dilihat sebagai barang ekonomi belaka dengan mengabaikan fungsi sosialnya.
”Perusahaan-perusahaan air transnasional mengomodifikasi air tanah demi menguras keuntungan,” tambah Maudi dan Tony. Perusahaan ini dituding mereka berada di belakang gelombang privatisasi air yang melanda dunia.
Di Indonesia, desakan perusahaan air swasta itu memunculkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Pada sidang paripurna yang kontroversial, UU SDA yang menyokong penuh privatisasi air itu disahkan. Pimpinan sidang waktu itu, AM Fatwa, mengetuk palu tanda sah tanpa mengindahkan interupsi anggota.Sidang yang riuh diselingi listrik mati menjelang pengesahan menjadi tanda tanya hingga sekarang. Kesengajaan atau sebuah kebetulan? Apa pun, konsekuensi dari privatisasi air itu telah memiskinkan warga yang semula memiliki kelimpahan air bersih.

Diambil dari Kompas Cetak
Jumat, 12 September 2008 03:00 WIB

Kamis, 08 Januari 2009

Limbah Kemarin, Air Minum Hari Ini

Semua air limbah di stasiun antariksa internasional, termasuk urine dan keringat, didaur ulang menjadi air siap minum.

KENNEDY SPACE CENTER -- Semua orang juga tahu bahwa dibutuhkan nyali besar untuk menjadi seorang astronot. Kini persyaratan itu ditambah dengan keberanian mengatasi rasa jijik karena seorang astronot harus siap meminum air kencing manusia dan binatang, limbah air toilet, air sisa sikat gigi, serta keringat.
Tentu saja semua air limbah yang biasanya digelontorkan ke got itu telah dipurifikasi sebelum menjadi air minum. Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, tidak akan membiarkan pegawai elitenya itu meminum air kotor dan berbau pesing.
Sistem daur ulang air itulah yang akan dipasang oleh ketujuh awak pesawat ulang-alik Endeavour, yang meluncur menuju stasiun antariksa internasional ISS, Jumat malam lalu. Sistem yang unik itu menuntut para astronot juga bisa memasang pipa dan toilet tambahan serta dua kompartemen tidur, karena NASA berencana melipatgandakan jumlah awak ISS dari tiga menjadi enam orang pada Mei tahun depan.
Donald R. Pettit, salah seorang astronot yang tergabung dalam misi, mengatakan dia menjuluki sistem baru itu "mesin pembuat kopi". "Karena dia akan mengambil kopi yang diminum kemarin dan menggunakannya menjadi kopi hari ini," kata Pettit.
Mantan petugas sains di stasiun antariksa itu menyatakan sistem pemurni air tersebut sangat hebat. Sistem itu akan menyuling, menyaring, mengionisasi, dan mengoksidasi air limbah menjadi air siap minum.
Tak kurang dari US$ 250 juta atau Rp 2,9 triliun diinvestasikan NASA untuk membuat peralatan canggih itu. NASA memang tengah diburu waktu, karena pesawat ulang-aliknya memasuki masa pensiun dalam dua tahun mendatang. Mereka harus mencari jalan untuk menjamin awak stasiun ISS memperoleh suplai air bersih yang cukup.
Meski sistem daur ulang ini telah siap, NASA belum berencana menggunakannya dalam waktu dekat. Para teknisi ingin menganalisis sampel untuk memastikan bahwa alat itu berfungsi dengan sempurna dalam kondisi gravitasi nol.
Di bumi, air hasil penyulingan itu lolos semua tes, termasuk pengujian rasa dengan blind test. Para peserta tes diminta meminum air hasil penyulingan urine dan "teman-temannya" itu dan membandingkannya dengan air keran yang diproses dengan cara yang sama tanpa mengetahui air yang mereka teguk.
"Sejumlah orang mungkin berpikir hal itu amat menjijikkan. Tapi jika dilakukan dengan benar, air hasil proses distilasi itu jauh lebih murni dibandingkan apa yang Anda minum di bumi," kata Heidemarie Stefanyshyn-Piper, astronot Endeavour.
Penasaran dengan rasa air yang dihasilkan lewat penyulingan urine? Ternyata rasanya lumayan juga. Selain sedikit rasa yodium yang tajam, rasanya sama saja dengan air biasa.
Robert Bagdigian, kepala proyek sistem pemurnian air di MSFC, sengaja membotolkan air distilasi urine itu untuk dicoba oleh khalayak umum. Botol air kemasan itu ia beri label sehingga orang berpikir dua kali sebelum menenggaknya meski sedang kehausan setengah mati. "Kami hanya menggunakan bahan terbaik! Urine, keringat, uap makanan, air sisa mandi, limbah binatang simulasi, dan sedikit yodium. Tak ada penambahan karbohidrat atau kalori."
Bagdigian mengaku, komentar yang paling sering diungkapkan orang yang mencoba air itu adalah rasa samar yodium. Zat kimia itu memang sengaja ditambahkan pada langkah akhir proses untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba. "Selain rasa yodium, air ini sama segarnya dengan jenis air apa pun," kata Bagdigian. "Saya punya beberapa botol dalam kulkas saya. Bagi saya rasanya oke-oke saja."
Sambil bercanda, Bagdigian menyatakan bahwa air itu memang tak bakal laris bila dijual. Tapi bila dilihat dari kecanggihan cara pembuatannya, bisa dipastikan air purifikasi itu adalah air minum kemasan termahal di bumi dan antariksa.
Meski sistem tersebut amat menguras anggaran NASA, dalam jangka panjang air hasil daur ulang itu amat murah bila dibandingkan dengan ongkos pengiriman ke ISS, seperti yang selama ini dilakukan. Sebab, bila dihitung secara kasar, mengirim air dari bumi ke stasiun yang berjarak 400 kilometer itu membutuhkan biaya lebih dari Rp 125 juta tiap liter.
Setiap kali ada pesawat ulang-alik yang diluncurkan ke ISS, air pasti ada di dalam daftar muatannya. "Ketika pesawat itu pensiun, sistem pengiriman suplai air akan terhenti," kata Sandra Magnus, astronot Endeavour yang akan tinggal di ISS selama empat bulan. Magnus akan menggantikan posisi Greg Chamitoff yang telah berada di ISS sejak Juni lalu.
Magnus akan menjadi orang pertama di antara awak ISS lainnya yang akan mencicipi hasil daur ulang campuran pipis manusia, tikus laboratorium, keringat, serta air sisa sel bakar penyedia sumber tenaga pesawat itu, jika instalasi tersebut mendapat lampu hijau dari NASA.
Dia amat heran terhadap reaksi jijik yang diterimanya dari banyak orang soal sistem tersebut. Sebab, menurut dia, pada dasarnya air yang digelontorkan ke toilet akan menguap dan turun kembali dalam bentuk air hujan. "Kita meminum air daur ulang setiap hari pada jangka waktu yang sedikit lebih panjang," tuturnya.

TJANDRA DEWI NYTIMES BBC SCIENCEDAILY

Setetes Air pun Berharga
Dalam novel epik ekologis Dune (1965), Frank Herbert mengambil latar gurun Arrakis di tata bintang lain. Planet itu sangat kering, sehingga air sangatlah berharga sampai-sampai keringat dan kelembapan napas pun diserap dan dipurifikasi menjadi air minum.
Kini, para ilmuwan dan teknisi di Marshall Space Flight Center (MSFC) NASA pun mengikuti fiksi ilmiah itu dan merealisasinya. Selama beberapa tahun terakhir, mereka mencoba membuat sebuah sistem yang dapat menyerap urine dan karbon dioksida yang dikeluarkan dalam pernapasan serta mengubahnya menjadi air siap minum dan oksigen.
Sistem ini amat berarti bagi kesuksesan misi antariksa karena bisa mendaur ulang 93 persen dari seluruh uap air, termasuk air kencing para astronot. Itu berarti NASA tak perlu mengirim air lagi ke stasiun antariksa internasional ISS.
"Pada misi antariksa awal, Mercury, Gemini, dan Apollo selalu membekali diri dengan air dan oksigen, serta membuang limbah gas maupun cairannya ke antariksa," kata Robert Bagdigian, ilmuwan MSFC. "Masalahnya, tidak mungkin membawa berton-ton air dan oksigen dalam misi jangka panjang ke bulan atau Mars."
Sistem baru yang dinamai Water Recovery System ini adalah hasil kerja sama ilmuwan NASA dan Michigan Technological University. Mereka menjamin, alat ini dapat mengubah pipis menjadi air murni yang dapat menyaingi mata air pegunungan.
David Hand, peneliti utama proyek yang berlangsung pada 1993-1997 di universitas itu masih mengingat masa awal riset tersebut. "Kami menerima botol keringat dari NASA," ujarnya. "Kami mengadakan eksperimen pada sistemnya, menghitung setiap langkah, mengevaluasi, dan membuat rekomendasi."
Dalam sistem baru ini, pipis dan "teman-temannya" menjalani proses penyulingan awal, lalu airnya dialirkan ke dalam alat pemroses air. Alat itu menyaring semua ampas seperti rambut dan serat. Air yang tersisa dialirkan melalui serangkaian pelapis multifiltrasi yang bisa membuang semua kontaminan lewat penyerapan dan pertukaran ion.
"Yang tersisa tinggal beberapa zat organik dan larutan tak terserap yang dimasukkan ke dalam reaktor yang memecahnya menjadi karbon dioksida, air, dan ion," kata Hand. Setelah pengecekan kuman selesai, air dibersihkan kembali dan akhirnya siap diminum.
Berkat riset universitas itu, NASA dapat mengembangkan sistem yang jauh lebih efisien, baik dalam hal desain maupun sistem filtrasi. Perombakan ini meningkatkan kapasitas sampai 30 persen. Itu berarti NASA tak perlu mengirim suplai tambahan ke antariksa setiap tahun. "Kelihatannya seperti coba-coba saja, tapi ini menghemat pengeluaran NASA sampai US$ 600 ribu per tahun," kata Layne Carter, peneliti utama Water Recovery System, NASA.
-0,3 liter air digunakan untuk membilas setiap 1,2 liter urine. Bau tak sedap dikontrol dengan aditif asam sulfur dan kromium trioksida.
-Tangki urine.
-Silinder destilasi.
-Tangki air garam.
-Pemutaran silinder memisahkan sebagian besar air dari urine, sisanya dimasukkan ke tangki air garam untuk diproses kembali.
-Air yang telah disuling bercampur dengan air limbah lainnya.
-Embun dari binatang laboratorium.
Pengembunan uap air yang berasal dari aktivitas menggosok gigi, mencukur, dan mencuci.
-Tangki air limbah.
-Pembuangan kotoran berukuran besar.
-Filter partikel.
-Alas filtrasi berganda.
-Pembuangan kontaminan terlarut.
-Reaktor katalitik 130 derajat Celsius.
-Pemanasan membunuh bakteri, jamur dan virus, serta membuang residu etanol dan alkohol.
-Alas pertukaran ion.
-Membuang produk sampingan reaktor katalitik, seperti CO2.
-Air kurang bersih.
-Sensor Tes Air.
-Siap diminum.
-Tangki Air Bersih.
SCIENCEDAILY NEWSCIENTIST

http://www.korantempo.com/

Kamis, 06 Maret 2008

Seribu Manfaat Air

Meski bergaul, terlibat amat erat setiap hari, tak urung banyak juga rahasia keunggulan air yang terlewatkan. Ternyata sobat lama kita ini amat banyak khasiatnya. Ternyata pula, ketergantungan kita terhadap air tak sebatas pengusir rasa haus belaka.

Mandi dua kali sehari dan cuci rambut paling telat tiga hari sekali sangat dianjurkan pakar kesehatan dan kebugaran. Alasannya, sentuhan air bersih dengan tubuh membuat badan terasa segar dan bugar kembali. Untuk menjaga kecantikan pun, kebersihan tubuh harus benar-benar diperhatikan; ditambah lagi minum air putih 8 - 10 gelas sehari. Bahkan air juga banyak dimanfaatkan oleh para pemeluk agama dan aliran kepercayaan, misalnya untuk air wudhu, air baptis, sarana mengusir roh jahat, dll.

Sejak ratusan tahun sebelum Masehi bangsa Rowawi sudah mengenal khasiat mandi, entah mandi susu atau berendam di kolam air bersih yang dilengkapi pancuran dan wewangian. Tujuannya agar tubuh bersih, sehat, dan wangi.

Spa yang kita kenal sekarang tak cuma dihubungkan dengan air, melainkan juga dengan perawatan kecantikan, kesehatan jiwa-badan, serta kebugaran, yang menyertakan bahan-bahan atau cara alami seperti perawatan wajah dan tubuh dengan aromaterapi, mandi rempah, body scrub, body wrap, pengaturan gizi, yoga, meditasi. Namun konsep Spa itu sendiri asal-muasalnya hanya berkaitan dengan air. Istilah "spa" diambil dari bahasa Yunani sante par aqua, artinya kesehatan melalui terapi air.

Di Eropa budaya spa sudah berkembang pada abad XVII. Pada masa itu sudah banyak orang berlibur untuk mencari sumber air mineral guna menanggulangi gangguan kesehatan. Tak usah jauh-jauh, di daerah Kesultanan Yogyakarta juga masih terlihat peninggalan permandian Taman Sari tempat para putri Keraton mandi untuk membersihkan diri agar terlihat lebih cantik.

Air untuk kesuburan

Menurut para peneliti sebuah lembaga riset trombosis di London, Inggris, jika orang selalu mandi dengan air dingin, peredaran darahnya akan membaik sehingga tubuh terasa lebih bugar. Ditambahkan lagi bahwa mandi dengan air dingin akan meningkatkan produksi sel darah putih dalam tubuh serta meningkatkan kemampuan seseorang terhadap serangan virus. Bahkan, mandi dengan air dingin di waktu pagi dapat meningkatkan produksi hormon testosteron pada pria serta hormon estrogen pada wanita. Dengan demikian kesuburan serta kegairahan seksual pun akan meningkat. Selain itu jaringan kulit membaik, kuku lebih sehat dan kuat, tak mudah retak.

Air juga diyakini dapat ikut menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit, penyakit saluran napas, usus, penyakit kewanitaan, dll.

Kini malah pelbagai macam pengobatan alternatif ditawarkan dengan cara kungkum (berendam) di dalam air mengandung magnet, kadar garam tinggi, belerang atau zat kimia lain yang bisa meningkatkan kesehatan.

Katakanlah Ciater, sekitar 32 km utara Bandung, sudah lama dikenal masyarakat sebagai daerah wisata sejuk dengan daya tarik tambahan, air panas alami. Mereka meyakini, air panas alami di sana dapat membantu mengobati penyakit. Memang, berdasarkan penelitian, air panas Ciater mengandung bahan mineral aluminium cukup tinggi. Menurut klasifikasi balneologi (ilmu yang mempelajari khasiat terapi mandi), air panas Ciater termasuk dalam kategori calcium magnesium chloride sulfate thermomineral hypertherma dengan kandungan aluminium tinggi(38,5%) serta pH sangat asam (2,45).

Selain untuk pengobatan kulit, air Ciater efektif untuk pengobatan kelumpuhan, misalnya karena stroke. Pasalnya, bisa membantu memperkuat kembali otot-otot dan ligamen serta memperlancar sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Efek hidrostatik dan hidrodinamik air Ciater membantu menopang berat badan saat latihan berjalan. Sedangkan efek panas menyebabkan pelebaran pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenisasi jaringan, sehingga mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri serta menenangkan pikiran.

Kandungan ion-ion terutama khlor, magnesium, hidrogen karbonat dan sulfat dalam air Ciater, membantu pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu pH airnya mampu mensterilkan kulit. Maklum saja, karena lingkungan yang sangat asam kuman-kuman akan mati.

Di Laut Mati, yang kadar garamnya paling tinggi sedunia, wisatawan pun dianjurkan berendam untuk menyembuhkan pelbagai macam penyakit. Entah sampai di mana khasiatnya belum diteliti dengan jelas.

Cipratan air mancur pada tubuh pun akan terasa seperti pijatan, sehingga tubuh akan merasa lebih relaks. Para pakar pengobatan alternatif bahkan menyatakan, bersentuhan dengan air mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun, atau sungai dan taman dengan banyak pancuran, akan memperoleh khasiat ion-ion negatif. Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-butiran air yang berbenturan itu bisa meredakan rasa sakit, menetralkan racun, memerangi penyakit, serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. Ion negatif dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman paket oksigen ke dalam sel dan jaringan. Mandi menggunakan shower di rumah pun mempunyai efek menghasilkan ion negatif.

Di negara maju terapi air juga sudah banyak dilakukan. Dua pakar asal Jerman, Vincenz Priesnitz dan Pastor Sebastian Kneipp, memanfaatkan air hangat dan dingin. Semula pasien dimasukkan ke dalam bak air hangat agar berkeringat, kemudian dipindah ke bak air dingin, lalu diminta pula untuk berjalan-jalan sebentar agar berkeringat lagi. Terakhir, pasien mandi lagi dengan air dingin. Pertukaran suhu dari panas ke dingin inilah yang menjadi kunci rahasia pengobatan ini. Manfaatnya untuk menstabilkan kerja jantung dan peredaran darah.

Cara serupa sebenarnya juga sudah banyak dianjurkan oleh ahli pengobatan alternatif di Indonesia. Caranya, mandi atau menyiram tubuh dengan air hangat, kemudian berendam sebentar dalam air dingin (bersuhu 18oC). Bahkan konon terapi ini bisa meningkatkan kesuburan pria maupun wanita.

Ketegangan otot pun bisa dijinakkan dengan mandi air hangat bersuhu sekitar 37oC. Selagi kaki terasa pegal kita sering dianjurkan untuk merendam kaki dengan air hangat dicampur sedikit garam, maka pegal pun sirna.

Ada lagi terapi unik, gabungan antara terapi air dan bunyi. Liquid sound, dipraktikkan di Klinik Bad Sulza, Rhuringen, Jerman. Caranya, dengan kedua tangan disilangkan di belakang, tubuh pasien diapungkan di permukaan air kolam dalam posisi telentang. Tubuhnya bisa terapung seperti di Laut Mati karena air kolam tersebut mengandung garam 3%.

Dalam posisi seperti itu telinga pasien yang terendam di dalam air bisa mendengar dengan jelas alunan musik yang mengalun lewat beberapa pengeras suara, yang dipasang di dasar kolam. Jenis musiknya atas pilihan pasien, kebanyakan yang lembut sehingga bisa menenangkan. Konon sehabis berendam, badan terasa enteng dan segar. Pikiran pun bertambah terang.

Banyak minum, tubuh bugar

Khasiat air tak berhenti pada soal mandi atau berendam saja. Tidak kalah penting khasiat air putih bila diminum. Selain makanan, air sangat diperlukan oleh tubuh kita. Seseorang yang kekurangan makan masih dapat bertahan sampai beberapa hari, tapi kekurangan air bisa berakibat fatal, karena air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia.

Dalam tubuh seorang pria dengan berat rata-rata 70 kg, menurut Dr. Elvina Karyadi, MSc, ahli gizi, kandungan air di dalam tubuhnya kira-kira 45 l. (Pada wanita, kandungan airnya sedikit lebih rendah sebab komposisi lemak tubuhnya lebih besar.) Dari total kandungan air 45 l di atas, sekitar 30 l terdapat dalam sel tubuh kita (intraseluler) sedangkan 15 l berada di luar sel (ektraseluler). Yang termasuk air di luar sel adalah air dalam cairan otak, cairan mata dan hidung, termasuk juga cairan pada saluran pencernaan.

Menurut sumber lain, kandungan air dalam otak 83%, ginjal 82%, jantung 79%, paru-paru 80%, tulang 22%, dan darah 90%. Bila kandungan air dalam masing-masing organ tersebut tetap dipertahankan sesuai kebutuhan, maka organ tersebut akan tetap sehat. Sebaliknya bila menurun, fungsinya juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri, virus, dll. Maka bisa dibayangkan betapa besar peran air dalam tubuh kita.

Untunglah tubuh manusia mempunyai mekanisme dalam mempertahankan keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan. Rasa haus pada setiap orang merupakan mekanisme normal dalam mempertahankan asupan air dalam tubuh. Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2 - 2,5 l (8 - 10 gelas) per hari. Jumlah kebutuhan air ini sudah termasuk asupan air dari makanan (seperti dari kuah sup, soto, dll), minuman seperti susu, teh, kopi, sirup dll. Selain itu, asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme makanan yang dikonsumsi dan metabolisme jaringan di dalam tubuh.

Betapa penting asupan air setiap hari, juga bisa dilihat dari banyaknya air yang pasti dikeluarkan dari tubuh setiap hari melalui beberapa mekanisme. Ada yang melalui air seni, tinja, keringat, dan juga melalui saluran pernapasan.

Jumlah air yang dikeluarkan tubuh melalui air seni sekitar 1 l/hari. Kalau jumlah tinja yang dikeluarkan pada orang sehat sekitar 50 - 400 g/hari, kandungan airnya sekitar 60 - 90% bobot tinja atau sekitar 50 - 60 ml air sehari.

Sedangkan, air yang terbuang melalui keringat dan saluran napas dalam sehari maksimum 1 l, tergantung suhu udara sekitar. Belum lagi faktor pengeluaran air melalui pernapasan. Seseorang yang mengalami demam, kandungan air dalam napasnya akan meningkat. Sebaliknya, jumlah air yang dihirup melalui napas berkurang akibat rendahnya kelembapan udara sekitarnya.

Tubuh kita akan menurun kondisinya bila kadar air menurun dan pengisian kurang cepat dilaksanakan. Jelas, karena ada hubungan yang sangat erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh dengan respons tubuh kita.

Dr. James M. Rippe, kardiolog dari AS menyarankan untuk minum paling sedikit 1 l lebih banyak dari apa yang dibutuhkan rasa haus kita. Pasalnya, kehilangan 4% cairan saja akan mengakibatkan penurunan kinerja kita sebanyak 22%! Bisa dimengerti bila kehilangan 7%, kita akan mulai merasa lemah dan lesu.

Semakin banyak kita melakukan aktivitas, air akan lebih banyak terkuras dari tubuh. Apalagi orang yang tinggal di negara tropis di mana energi yang dikeluarkan lebih banyak. Sebab itu, para pakar kesehatan mengingatkan agar jangan hanya minum bila terasa haus. Kebiasaan banyak minum, apakah sedang haus atau tidak, merupakan kebiasaan sehat!

Itu artinya, bekerja di ruang ber-AC pun menuntut kita untuk minum lebih banyak, sekalipun tidak merasa haus. Sebab, di ruangan ber-AC kita akan lebih cepat mengalami dehidrasi. Bahwa banyak minum akan membantu kulit tidak cepat kering penting diperhatikan tak hanya oleh mereka yang sehari-hari bekerja di ruang ber-AC, namun juga oleh mereka yang bekerja dalam ruangan yang suhunya tidak tetap. Suhu naik turun menyebabkan kelembapan ruangan juga tidak menentu. Dengan minum air akan membantu menetralisasikan pengaruh perubahan tersebut.

Air putih juga bersifat "menghanyutkan" kotoran-kotoran dalam tubuh yang akan lebih cepat keluar lewat urine. Bagi yang ingin menguruskan badan pun, minum air hangat sebelum makan (sehingga merasa agak kenyang) merupakan satu cara untuk mengurangi jumlah makanan yang masuk. Apalagi air tidak mengandung kalori, gula, ataupun lemak. Namun yang terbaik adalah minum air putih pada suhu sedang; tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin.

Menyadari betapa air amat menunjang kebugaran, kesehatan dan kecantikan tubuh, tak ada salahnya kita memelihara persahabatan dengan sobat lama kita ini. Selama kita masih dapat menikmati khasiatnya, mari manfaatkan sebaik-baiknya. (Nanny Selamihardja)

Diambil dari Intisari bulan Februari 2001

Rabu, 05 Maret 2008

Air bersih

Air adalah sumber kehidupan. Saat ini masalah air merupakan masalah yang pelik dan agak memusingkan, mulai dari peristiwa banjir sampai kekeringan. Kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai, muncul di banyak tempat dan meningkat dari tahun ke tahun. Kecenderungan konsumsi air naik secara signifikan sedangkan air bersih yang tersedia berkurang akibat kerusakan alam dan pencemaran air.

Air bersih menjadi barang langka. Kelangkaan ini dipicu oleh pertumbuhan populasi, laju peningkatan aktivitas industri, pembangunan yang meminggirkan daya dukung ekologis, juga limbah rumah tangga yang turut penjadi penyebab pencemaran air.